Selamat Datang di Blogsite KPO PRP Samarinda.

Selasa, 28 April 2009

Samarinda : Nilai Ekspor Plywood Anjlok 54 Persen


Selasa, 28 April 2009 | 22:41 WITA
(Sumber : http://tribunkaltim.co.id/)

SAMARINDA, - Imbas krisis global membuat usaha sektor kehutanan, terutama industri kayu lapis (plywood) di Kaltim kian memburuk. Ini terlihat dari nilai eskpornya yang merosot hingga 54 persen, hanya 7,9 juta Dolar AS di Januari 2009. Pada periode yang sama tahun lalu, nilainya masih 17,4 juta Dolar AS. Padahal menurut Ketua DPD Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) Kaltim Taufan Tirkaamiana, Selasa (27/4), biasanya pada triwulan pertama permintaan dunia meningkat. Karena itu para pengusaha sempat masih memiliki optimisme. Tapi kenyataan rupanya berbeda. Order maupun harga kayu lapis tidak kunjung membaik.

"Dengan keadaan yang terus memburuk begini, apa tidak keliru kalau kita masih menetapkan kehutanan sebagai sektor unggulan. Apa yang mau diunggulkan kalau kenyataannya nilai ekspor terus turun, PHK juga terus terjadi," kata Taufan didampingi A Syaukani dan Soni. Masing-masing adalah sekretaris dan bendahara.

Ketiganya berharap Dewan Pengupahan Kaltim tidak lagi menetapkan kehutanan sebagai sektor unggulan. Jika itu dilakukan, akan mengurangi beban industri yang tersisa. Delapan industri yang tersisa kini masih coba bertahan dengan produksi cuma 30 persen dari kapasitas. Akibatnya, para pekerja tak lagi mendapatkan lembur.

Selama ini, karena kehutanan masih ditetapkan sebagai sektor unggulan, perusahaan wajib membayar upah pekerja sebesar Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) ditambah 5 persen. UMK Samarinda tahun 2009 Rp 966.500 per bulan. Ditambah 5 persen, menjadi Rp 1.014.000. Padahal, kenyataannya sektor ini sudah terpuruk. Terbukti dari banyaknya industri yang gulung tikar dan puluhan ribu pekerja yang sudah ter-PHK.

Kini dari 25 industri plywood di Kaltim, tinggal tersisa delapan. Sampai Desember 2008 sebenarnya masih ada sepuluh pabrik yang bertahan. Namun belakangan PT Segara Timber dan PT Harimas Jaya Plywood juga tak sanggup bertahan. Keduanya turut tumbang bersama lainnya. Sedangkan delapan yang tersisa, terpaksa mengurangi produksinya hingga 70 persen.
Sumalindo misalnya, menurunkan produksinya dari 12.000 m3 menjadi 3.000 m3/bulan.

Intracawood dari 8.000 m3 menjadi 4.000 m3/bulan. "Kapasitas produksi terpaksa turun. Order turun, harga turun, dan bahan baku pun sulit," kata Syaukani, Head of HR Department Sumalindo Lestari.

Meski produksi turun, Sumalindo tidak merumahkan atau melakukan PHK karyawannya. Dari sekitar 3.500 karyawan di Sumalindo Group, tercatat 1.200 bekerja di industri plywood. Harga plywood kini bahkan sudah tidak menutupi biaya produksi. Syaukani mencontohkan, harga floorbase turun dari 480 menjadi 350 Dolar AS/m3. Padahal biaya produksinya 380-400 Dolar AS.

Sedang plywood ukuran 2,4 mm, hanya untung tipis. Dulu 600-700 Dolar AS merosot jadi 450 Dolar AS/m3. Biaya produksinya 380-400 Dolar AS. Namun bagi perusahaan lain bisa jadi tidak ada untung sama sekali, karena harus menanggung ongkos kirim ke negara tujuan.(bin)

24.350 Terkena PHK

PADA awal tahun 2000, pabrik plywood yang aktif mencapai 25 perusahaan. Mereka menampung 40.850 karyawan. Namun memasuki 2005, satu demi satu industri kayu lapis itu gulung tikar. PHK massal tak terhindarkan. Dalam catatan Apkindo Kaltim, saat itu sudah sekitar 16.000 pekerja dari 11 industri yang terkena PHK.

Memaski pertengahan 2008, bersamaan dengan imbas krisis global, kondisinya kian memburuk. Tidak kurang dari 24.350 pekerja yang sudah terkena PHK. Kini tinggal delapan industri yang masih coba bertahan, dengan 16.500 pekerja. "Jika pemerintah tidak coba memberi stimulus kebijakan, bukan tak mungkin keadaan akan lebih memburuk. Misalnya mempermudah percepatan pengesahan RKT, serta tidak lagi menetapkan kehutanan sebagai sektor unggulan," kata Syaukani dari Sumalindo. Taufan menambahkan, stimulus kebijakan bisa pula berupa potongan 50 persen pembayaran Dana Reboisasi (DR) sampai keadaan membaik.(bin)
Baca Lebih Lanjut....

Sabtu, 28 Februari 2009

Disnekersos Tegur Manajemen Ramayana Bontang


Jumat, 20 Februari 2009 | 00:06 WITA

BONTANG - Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Bontang memanggil manajemen Ramayana Cabang Kota Bontang yang diduga memberikan upah karyawan di bawah standar Upah Minimum Kota (UMK) Bontang 2009 yakni Rp 994.000.

"Kami sudah memanggil manajemen Ramayana hari ini dan kami berikan teguran. Secara lisan mereka berjanji akan menerapkan UMK sesuai dengan ketentuan. Selama ini mereka mengaku belum mendapat SK Gubenur tentang UMK 2009 sehingga belum menerapkan, dan kami juga sudah berikan SK itu kepada mereka," ujar Kepala Bidang Pembinaan, Pengembangan dan Perlindungan Ketenagakerjaan Disnakersos Bontang, Syarifuddin saat dihubungi, Kamis (19/2). Syarifuddin menjelaskan, hasil inspeksi serikat pekerja (SP) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Serikat Pekerja dan Buruh (FKSPB) Bontang-Kutim serta Aliansi Buruh Menggugat (ABM) Bontang juga tidak diketahui manajemen Ramayana.

"Ramayana juga tidak tahu kalau ada sidak dari SP. Kalau mau mengajak sidak Disnaker bisa saja, tetapi ada aturan, tidak bisa langsung begitu. Harus lapor ke pimpinan dulu jika ingin mengajak pegawai pengawas ketenagakerjaaan. Kemarin saya cuma ditelepon. Kan tidak bisa langsung karena juga lagi ada kesibukan dan harus secara formal membuat surat tugas," ujarnya.

Disnakersos kata Syarifuddin selanjutnya akan mengawasi perkembangan pemberlakukan UMK di Ramayana dan perusahaan lain di Kota Bontang. Pemkot Bontang katanya akan mengambil langkah tegas jika memang masih ada perusahaan yang memberi upah di bawah UMK, namun tidak melaporkan ke Disnakes sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

Disnakersos kata Syarifuddin juga mengimbau kepada seluruh karyawan di Kota Bontang dan SP untuk ikut aktif memberikan laporan ke Pemkot Bontang, terkait dengan pelanggaran ketenagakerjaan di perusahaan mereka. "Kami menjamin kerahasiaan identitas pelapor, sejauh mereka melaporkan dengan membawa bukti kami akan proses laporan itu," katanya.

Sekjen FKSPB Frans Micha mengatakan, kejadian di Ramayana yang membayar upah karyawan di bawah standar UMK 2009, bisa saja terjadi di perusahaan lain di Kota Bontang jika pekerja dan buruh tidak terlibat aktif memberikan informasi.

"Kita bukan ingin mengganggu pengusaha. Walaupun UMK 2009 Rp 994.000 belum memuaskan kami sebagai pekerja karena masih jauh dari standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL), tetapi okelah karena ini sudah jadi keputusan. Namun parahnya, masih ada saja perusahaan yang membayar di bawah itu, dimana rasa keadilan buat pekerja. Sementara kita tahu pengeluaran di Kota Bontang jauh lebih besar dibanding Kota Samarinda dan Balikpapan," katanya.

Ia berharap buruh dan pekerja di Bontang bersatu dan bernaung di bawah serikat buruh atau pekerja agar bisa solid dan kritis dengan hak dan kewajiban perusahaan. "Jangan takut, bikin serikat pekerja atau serikat buruh di tempat kerja masing-masing. Kami dari FKSPB dan ABM siap memfasilitasi," katanya. (asi)

Sumber : http://tribunkaltim.co.id/
Baca Lebih Lanjut....

Senin, 16 Februari 2009

Menang Referendum, Chaves Berpeluang Terpilih Lagi


Sumber : kompas.com

Senin, 16 Februari 2009 | 22:32 WIB
KARAKAS,SENIN-Presiden Venezuela Hugo Chavez menang dalam referendum yang membuka peluang dia dipilih lagi setelah dua kali masa jabatan. Ketika 94% kartu suara yang masuk telah dihitung, 54% mendukung pencabutan pembatasan masa jabatan. Demikian dikatakan pejabat Dewan Pemilihan Nasional, Senin (16/2). Menurut konstitusi yang berlaku sebelumnya, Chavez yang berhaluan politik sosialis harus melepas jabatan presiden tahun 2013. Namun, Chavez yang berhaluan politik sosialis mengatakan, dia memerlukan waktu 10 tahun lagi untuk memastikan revolusi sosialis berakar di Venezuela.


Referendum hari Minggu (15/2) adalah upaya kedua dia mengubah konstitusi. Dia kalah tipis dalam referendum serupa pada tahun 2007. Selama 10 tahun menjabat, Presiden Chavez berhasil menggalang dukungan dari kaum miskin, tapi ditentang keras oleh kubu elite tradisional di negaranya. Di front politik luar negeri, Chavez secara tegas menunjukkan sikap anti-Amerika Serikat.

Massa pendukung Chavez bersuka cita dengan berpawai di jalan-jalan ibukota Venezuela, Karakas. Mereka menyulut petasan dan melambaikan bendera nasional serta membunyikan klakson mobil. Sebaliknya, para pengkritik Chavez mengatakan, perubahan konstitusi seperti yang diajukan dalam referendum akan memusatkan terlalu banyak kekuasaan di tangan presiden.

Chavez mengatakan kebenaran dan martabat telah telah menang. "Pintu masa depan terbuka lebar," pekik Chavez seperti dikutip kantor berita Associated Press dari balkon istana Miraflores setelah hasil referendum diumumkan. "Pada tahun 2012 akan ada pemilihan presiden, dan kecuali Tuhan menentukan lain, kecuali bangsa menentukan lain, serdadu ini sudah menjadi calon," kata Chavez.

Wartawan BBC Will Grant dari ibukota Venezuela melaporkan, hasil referendum ini pengukuhan mantap bagi agenda sosialis Chavez dari bilik suara yang diharapkan Chavez selama ini. "Lebih dari 11 juta pemilih dari hampir 17 juta warga yang berhak memberikan suara ikut serta dalam referendum hari Minggu," kata ketua Dewan Pemilihan Nasional, Tibisay Lucena.
Baca Lebih Lanjut....